Case : Arthritis Gout

STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AP
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 60 tahun
Pekerjaan : Tani
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Banyu urip, RT 14, Sambung Macan
Nomor RM : 280147
Tanggal masuk : 14 Juli 2009

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 14 Juli 2009 pukul 13.30, dilakukan secara autoanamnesis.

Keluhan Umum : Nyeri lutut kanan

Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada lutu kanan sejak 4 hari yang lalu, rasa nyeri dirasakan sampai ke tungkai kanan bawah yang menyebabkan pasien tidak dapat berjalan, pasien tidak merasakan demam, pasien juga menyangkal pusing, sesak nafas, nyeri pada perut, BAB dan BAK pasien lancer. Keluhan nyeri pada lutut hanya dirasakan pada lutut sebelah kanan. Keluhan tersebut sudah sering kambuh-kambuhan, setiap kambuh dibawa ke praktek dokter dan keluhan berkurang. Namun saat serangan terakhir keluhan tidak berkurang sehingga dibawa ke RS.

Anamnesis Sistem
Sistem Serebrospinal : deman (-), pusing (-)
Sistem Kardiovaskuler : nyeri dada (-)
Sistem Respirasi : batuk (-), sesak nafas (-)
Sistem Gastrointestinal : nyeri perut (-), mual dan mutah (-), diare (-)
Sistem Urogenital : BAK lancar
Sistem Muskuloskeletal : bengkak pada lutut kanan disertai dengan nyeri, kaki kanan terdapat keterbatasan gerak.

Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma disangkal
Riwayat DM dan hipertensi disangkal
Riwayat Asam urat.

Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki sakit serupa
Kebiasaan dan lingkungan
Pasien bekerja di kebun. Pasien tidak bekerja mengangkat beban yang berat.

Resume Anamnesis
Seorang pasien laki-laki, usia 60 tahun datang ke IGD RSU Sragen dengan keluhan nyeri pada lutut kanan. Nyeri terasa menjalar hingga tungkai kanan bawah menyebabkan pasien tidak dapat berjalan. Keluhan sudah sering kambuh namun dibawa ke dokter dan disuntik keluhan membaik. Pasien menyangkal adanya trauma dan memiliki riwayat penyakit asam urat.

III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan di bangsal melati pada tanggal 14 Juli 2009 pukul 14.00 WIB
Status generalis : keadaan umum baik, kesadaran compos mentis
Pemeriksaan vital sign
Tekanan darah : 140/90
Nadi : 72 kali/menit
Respirasi : 23 kali/menit
Suhu : 37o C

Pemeriksaan Kepala
Konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-)
Pemeriksaan leher
Tidak ada deviasi trakea, tidak ada pembesaran tiroid, kelenjar limfonodi leher tidak teraba, JVP tidak meningkat.


Pemeriksaan Thorak
Pemeriksaan Fisik Jantung
Inspeksi : tidak ada tanda-tanda inflamasi, dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi dinding dada, pulsasi ictus cordis terlihat di SIC IV linea midclavicularis sinistra.
Palpasi : tidak teraba massa, ictus cordis teraba di di SIC IV linea midclavicularis sinistra.
Perkusi : redup di bagian jantung, batas bawah paru dan jantung di SIC IV linea midclavicula sinistra dan batas atas setinggi SIC III linea parasternalis kiri.
Auskultasi : Suara jantung I dan II regular, tidak ada bising.

Pemeriksaan Fisik Paru
Inspeksi : tidak ada tanda-tanda inflamasi, dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak ada ketinggalan gerak, tidak ada retraksi dinding dada.
Palpasi : tidak teraba massa, tidak ada krepitasi, vocal fremitus normal.
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru. Batas hepar dan paru lobus kanan hepar terletak setinggi SIC VI linea midclavicularis dextra.
Auskultasi : Suara pernapasan bronchial dan vesikuler, tidak ada wheezing dan ronki.

Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : bentuk dinding perut datar, tidak ada sikatrik
Auskultasi : peristaltic (+) 18 x/menit
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : timpani dikeempat kuadaran abdomen.

Pemeriksaan Ekstremitas
Pada lutut kanan terlihat pembengkakan dengan keterbatasan gerak pada articulation genue dextra. Daerah tersebut tampak hangat disertai dengan nyeri tekan. Kekuatan otot ekstermitas atas kanan dan kiri 5, ekstermitas bawah kiri 5 dan kanan 1.


IV. RESUME PEMERIKSAAN FISIK
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, vital sign didapatkan TD 140/90, Nadi 72x/menit, Respirasi 23x/menit, suhu 37oC. Pemeriksaan thorak tidak didapatkan kelainan. Pemeriksaan abdomen tidak didapatkan kelainan. Hepar dan lien tidak membesar. Pemeriksaan ekstermitas terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada articulation genue dextra.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan Hasil
Tgl 14/7/09 Hasil
Tgl 16/7/09 Satuan Nilai Normal
WBC 17,9 14,4 103/ul 4,8-10,8
RBC 3,00 3,55 106/ul 4,7-6,1
HGB 8,9 9,0 g/dl 14-18
HCT 24,6 28,0 % 42-52
MCV 82,0 78,9 Fl 80-94
MCH 29,7 25,4 Pq 27-31
MCHC 36,2 32,1 g/dl 33-37
PLT 383 333 103/ul 150-450
RDW-CV 15,5 17,6 % 11,5-14,5
PDW 10,0 10,7 fl 9-13
MPV 8,1 8,7 fl 9,2-11,1
P-LCR 13,2 17,1 % 15-25
Diff
Neutrofil% 84,6 82,8 % 40-74
Limfosit% 7,0 9,4 % 19-48
MXD% 8,4 7,8 % 4-18
Neutrofil# 15,1 11,9 103/ul 1,5-7
Limfosit# 1,3 1,4 103/ul 1-3,7
MXD 1,5 1,1 103/ul 0-1,2
LEDI/II 138/140 mm/jam 0-15
Golongan Darah A
Glukosa Sewaktu 129
SGOT 28 ul L : <>
W : <>
SGPT 23 ul L : <>
W : <>
Ureum 30,2 % 10-50
Creatinin 0,83 % L : 0,6-1,1
>W : 0,5-0,9

Hasil Pemeriksaan Foto Articulatio genue dextra : Tidak ditemukan kelainan pada articulation genue dextra.


Berdasarkan hasil anamnesis, pasien mengeluhkan nyeri lutut kanan yang menyebabkan keterbatasan gerak. Pasien menyangkan adanya riwayat trauma pada sendi tersebut. Pasien memiliki riwayat asam urat. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan edema pada sendi kanan diserta dengan nyeri tekan, terdapat keterbatasan gerak pada sendi kanan. Hasil pemeriksaan laboraorium ditemukan peningkatan sel darah putih (17,9 x 103 u/l), peningkatan asam urat 13%, dan anemia 8,9 g/dl. Dari hasil ini sebenarnya belum spesifik mengarahkan kepada arthritis gout karena menurut penelitian sekitar 40% pasien gout tidak terdapat peningkatan asam urat. Akan tetapi masih dapat disebabkan oleh arthritis septic karena terjadi peningkatan jumlah sel darah putih (17,9 x 103 u/l) dan pseudogout karena belum dilakukan pemeriksaan aspirasi cairan sendi untuk melihat kristal CPPD (calcium phyrophosphate dehidrogenase) . Hasil pemeriksaan foto rontgen articulation genue tidak ditemukan adanya penyempitan celah sendi, osteofit dan kondrokalsinosis sehingga untuk sementara diagnosis pseudogout dapat disingkirkan sebelum melakukan pemeriksaan cairan sendi untuk melihat ada tidaknya krital CPPD.

Arthritis Gout
Arthritis gout merupakan penyakit yang terjadi akibat deposisi Kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat didalam cairan ekstraseluler. Pada arthritis gout, gejala yang muncul sama dengan arthritis septic yaitu nyeri pada sendi yang terkena, bengkak kemerahan dan disertai dengan gejala sistemik demam dan kelemaham umum. Namun pada arthritis gout sendi yang sering terkena adalah sendi MTP 1 (Metatarsofalageal 1) yang sering disebut podagra, namun dapat juga terjadi pada sendi-sendi yang lain hanya saja insidensinya rendah. Pada pasien, masih belum dapat diketahui apakah mengarah pada arthritis gout atau arthritis septic jika menilai dari gejala-gejala yang dialami oleh pasien. Untuk dapat memastikannya diperlukan pemeriksaan cairan sendi.
Hasil pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan asam urat sebesar 13%. Namun belum dapat didiagnosa gout. Pada arthritis gout, terjadi deposit krital monosodium urat pada persendian yang terkena. Deposit MSU tersebut dapat mengaktivasi komplemen sehingga terjadi opsonisasi. Aktivasi komplemen tersebut dapat membentuk membrane attack complex yang merupakan komponen akhir proses aktivasi kompleman. Pada arthritis gout berbagai sel yang berperan adalah makrofag, neutrofil sel synovial yang menghasilkan berbagai meditor komiawi yang menyebabkan kerusakan jaringan dan mengaktivasi berbagai sel peradangan.

Untuk dapat menegakkan diagnose, diperlukan pemeriksaan aspirasi cairan sendi untuk dapat mengetahui Kristal MSU dan ada tidaknya bakteri pada cairan sendi. Pada arthritis gout, dengan menemukan Kristal MSU pada tofi merupakan diagnose spesifik. Akan tetapi, tidak semua pasien mempunyai tofi sehingga tes diagnostic ini kurang sensitif.

Arthritis Septik
Arthritis septic merupakan peradangan pada sendi yang dsebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri yang menginfeksi adalah Staphylococcus aereus dengan gejala nyeri sendi yang hebat, bengkak pada sendi, kaku dan terjadi gangguan fungsi. Disamping itu muncul gejala sistemik yaitu demam dan kelemahan umum. Sendi yang sering mengalami arthritis septic adalah sendi lutut dan sendi panggul.

Hasil laboratorium yang menunjukkan adanya peningkatan angka leukosit yang cukup tinggi. Pada arthritis septic bakteri masuk ke celah sendi melalui hematogen dan akan berkembang didalam cairan sendi. Sebagian bakteri akan mati karena mengalami fagositosis oleh synovial lining cells dan sebagian membentuk abses dalam membrane synovial. Bila bakteri mencapai sinovium melalui aliran darah, maka kuman akan berkembang biak dan membentuk abses subsinovial yang akhirnya pecah dan bakteri masuk ke dalam rongga sendi. Produk-produk bakteri akan merangsang synovial mencetuskan TNF alfa dan IL 1 beta yang akan mencetuskan infiltasi sel-sel PMN. Bakteri akan difagosit oleh sel-sel PMN dan komponen bakteri yang membentuk kompleks antigen-antibodi akan mengaktivkan komplemen sehingga terjadi fagositosis. Fagositosis bakteri yang mati oleh sel PMN juga dapat menyebabkan autolysis sel, PMN akan melepaskan enzim lisosom kedalam sendi yang menyebabkan kerusakan synovial, ligament dan rawan sendi. Selain itu, sel PMN juga dapat merangsang metabolisme asam arakhidonat dan melepaskan kolagenase, enzim-enzim proteolitik serta IL 1 sehingga reaksi inflamasi bertambah berat.


Untuk arthritis septic, pemeriksaan yang diperlukan adalah aspirasi cairan sendi yang harus segera dilakukan untuk analisis dengan pengecetan gram dan kultur cairan sendi.



1. Rencana Terapi
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan pemberian Infus RL, Injeksi ceftriakson, injeksi ranitidine, injeksi ketoprefen, tablet alopurinol, tablet B19 dan diet TKTP.

Terapi farmakologi meliputi :
Infus RL 20 tpm
Pemberian infuse RL digunakan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh pasien. Cairan RL pada pasien diberikan 20 tpm.
Injeksi Ceftriakson
Antibiotik yang diberikan pada pasien adalah injeksi ceftriakson 1 ampul. Ceftriakson merupakan antibiotic DOC untuk N. gonnorhoeae dan batang gram negatif.
Injeksi Ketoprofen
Pemberian injeksi ketoprofen untuk menghilangkan nyeri yang dialami pasien. Ketoprofen termasuk dalam golongan obat anti inflamasi non steroid (OAINS), derivat asam propionat. Obat anti inflamasi non steroid merupakan obat yang mempunyai efek antipiretik dan antiinflamasi. Mekanisme kerjanya adalah dengan cara menghambat sintesa prostaglandin, yang merupakan suatu zat yang dapat menyebabkan inflamasi.
Injeksi Ranitidin
Pemberian injeksi ranitidine untuk menekan efek samping pemberian ketoprefen. Ranitidine merupakan golongan antagonis H2 reseptor yang fungsinya untuk mencegah terjadinya nyeri lambung, mual dan muntah. Pada pasien, pemberian ranitidine dimaksudkan untuk mencegah efek samping pemberian OAINS ketoprefen.
Tablet Alopurinol 100 mg
Pemberian Allopurinol 3x100 mg pada pasien untuk menurunkan kadar asam urat. Allopurionol merupakan golongan inhibitor xanthien oxidase yang merupakan enzim yang menghambat sintesis asam urat dari hypoxanthine
Tablet B19
Pada pasien diperlukan pemberian multivitamin untuk dapat mempertahankan daya tahan tubuh. Multivitamin yang digunakan adalah B19


Terapi non farmakologi meliputi
Tirah baring
Progresifitas perjalanan penyakit pasien sangat tinggi. Pada follow up yang dilakukan pada hari pertama masuk RS keluhan yang dirasakan hanya pada lutut kanan, namun pada hari kedua dan ketiga nyeri juga terjadi pada lutut kiri. Oleh karena itu pasien perlu di istirahatkan untuk mengurangi aktifitas sendi lutut.
Diet TKTP
Diet TKTP diperlukan untuk mengatur asupan nutrisi pada pasien khususnya asupan purin pada pasien. Untuk mengontrol kadar asam urat pada pasien perlu dilakukan edukasi menghindari makanan yang mengandung purin seperti belinjo, bayam jeroan-jeroan.
Transfusi darah untuk mengoreksi anemia yang dialami pasien.
Pada pasien juga dilakukan pemberian transfuse PRC dikarenakan hemoglobin cukup rendah yakni 8,9 g/dl. Setelah di transfusi meningkat hanya 9 g/dl.

2. Rencana monitoring
Monitoring angka asam urat, jumlah sel darah putih dan hemoglobin.
Monitoring efektifitas pemberian obat kepada pasien.
Monitoring masukan nutrisi pada pasien.




















Comments

Popular posts from this blog

ASUHAN DASAR BAYI MUDA : MENCEGAH INFEKSI

Konjungtivitis Flikten

Appendicitis Akut dan Appendicitis Infiltrat