Posts

Showing posts from October, 2009

Karsinoma Lambung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I . KANKER LAMBUNG a . Anatomi Organ lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang abdomen atas tepat dibawah diagfrahma. Dalam keadaan kosang lambung berbentuk tabung- J, dan bila penuh berbentu seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung 1 – 2 liter. Lambung terbagi atas fundus, korpus, antrum pilorikum atau pilorus. Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura mayor, dan dibagian kiri terdapat cekungan kurvatura minor. Lambung memiliki 2 spinter yaitu diatas spingter cardia, dan dibawah spingter pilorikum. Lambung terdiri dari 4 lapisan, tunika serosa atau lapisan terluar merupakan bagian dari peritonium viceralis. Lapisan selanjutnya adalah lapisan otot polos lambung atau tunika muskularis yang terdiri dari 3 lapisan otot, yaitu dari paling luar kedalam otot longitudinal, otot sirkular, dan otot obelik, yang semuanya berfungsi untuk megaduk makanan yang masuk kedalam lambung. Lapisan selanjutnya adalah lapisan submuko

Penatalaksanaan Peritonitis

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Dinding perut mengandung struktur muskulo-aponeurosis yang kompleks. Di bagian belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang, di sebelah atas pada iga, dan di bagian bawah pada tulang panggul. Dinding perut ini terdiri atas beberapa lapis, yaitu dari luar ke dalam, lapis kulit yang terdiri dari kutis dan subkutis; lemak subkutan dan fasia superfisial (fasia Scarpa); kemudian ketiga otot dinding perut, m.oblikus abdominis eksternus, m.oblikus abdominis internus, dan m.tranversus abdominis; dan akhirnya lapis preperitoneal, dan peritoneum. Otot di bagian depan terdiri atas sepasang otot rektus abdominis dengan fasianya yang di garis tengah dipisahkan oleh linea alba.3 Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut. Perdarahan dinding perut berasal dari beberapa arah. Dari kranikaudal diperoleh pendarahan dari cabang aa.interkostales VI s/d XII dan a.epigastrika superior. Dari kaudal, a.iliaka sirkumfleksa superfisialis, a.

Snake Bite, Pedoman Penatalaksanaan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komposisi, Sifat dan Mekanisme “Kerja” Bisa ular Bisa ular (venom) terdiri dari 20 atau lebih komponen sehingga pengaruhnya tidak dapat diinterpretasikan sebagai akibat dari satu jenis toksin saja. Venom yang sebagian besar (90%) adalah protein, terdiri dari berbagai macam enzim, polipeptida non-enzimatik dan protein non-toksik. Berbagai logam seperti zink berhubungan dengan beberapa enzim seperti ecarin (suatu enzim prokoagulan dari E.carinatus venom yang mengaktivasi protombin). Karbohidrat dalam bentuk glikoprotein seperti serine protease ancord merupakan prokoagulan dari C.rhodostoma venom (menekan fibrinopeptida-A dari fibrinogen dan dipakai untuk mengobati kelainan trombosis). Amin biogenik seperti histamin dan 5-hidroksitriptamin, yang ditemukan dalam jumlah dan variasi yang besar pada Viperidae, mungkin bertanggungjawab terhadap timbulnya rasa nyeri pada gigitan ular. Sebagian besar bisa ular mengandung fosfolipase A yang bertanggung jawab pada aktivit

Hirschprung Disease (Megacolon Congenital)

TINJAUAN PUSTAKA II.1. Anatomi Usus Besar Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inchi (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus diameternya makin kecil.5 Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon ascendens, transversum, descendens, dan sigmoid. Tempat dimana kolon membentuk kelokan tajam yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut dinamakan fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan berbentuk S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum. Rektum

Karsinoma Kolorectal, Staging and Grading

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karsinoma kolorektal adalah keganasan yang terjadi pada kolon dan rektum. 2.2 Etiologi Terlepas dari faktor genetik yang diturunkan, faktor terpenting pada etiologi pada kanker kolorektal ialah faktor lingkungan. Bukti epidemiologis menunjukkan bahwa faktor tersebut adalah diet. Diet mempengaruhi bakteri flora usus besar sewaktu transit di usus, serta mempengaruhi jumlah selulosa, kandungan asam amino dan asam empedu pada usus. Saat ini dikenal suatu bakteri yakni nuclear dehydrogenating clostridia (NDC), bakteri ini dapat bekerja pada asam empedu untuk memproduksi karsinogen. Hal serupa yaitu tranformasi bakteri dari asam amino juga menghasilkan karsinogen (atau ko-karsinogen). Dilain pihak, kandungan selulosa yang tinggi yang dapat difermentasikan menyebabkan peningkatan kadar asam lemak yang mudah berubah, sehingga bersifat protektif dalam pemenuhan nutrisi dan membantu maturasi sel epitel. Dengan demikian, jenis diet yang berhubungan dengan k